Dalam pernikahan adat Jawa tentunya kita pernah mendengar istilah bleketepe. Namun tak jarang juga yang masih asing dengan istilah ini. Lalu apa itu sebenarnya bleketepe?
Dikutip dari CNN Indonesia, bleketepe berasal dari kata “bale katapi”. Bale berarti tempat, sedangkan katapi berasal dari kata “tapi” yang berarti memisahkan kotoran untuk dibuang, sehingga bleketepe memiliki arti membuang berbagai kotoran atau hal-hal yang dianggap tidak suci.
Bleketepe biasa terbuat dari daun kelapa yang dianyam saling menyilang dalam jumlah yang banyak. Bleketepe ini nantinya dipasang di depan rumah, dan menjadi simbol penyucian lokasi pernikahan. Pemasangan bleketepe ini juga termasuk dalam serangkaian acara pemasangan tarub atau yang dalam Bahasa Indonesia artinya atap untuk sementara selama upacara pernikahan berlangsung.
Dalam pernikahan adat Jawa, bleketepe tidak hanya menjadi sekadar pajangan yang dipasang tanpa maksud. Dipasangnya bleketepe juga bertujuan untuk menyucikan lokasi yang dipakai untuk lokasi pernikahan. Selain itu, pemasangan bleketepe juga memiliki makna tolak bala agar pernikahan berjalan lancar, aman, serta terhindar dari berbagai hal jahat.
Menurut pakar kebudayaan Jawa asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Supardjo, dikutip dari Kompas.com mengatakan asal mula pemasangan bleketepe sudah dimulai sejak Ki Ageng Tarub memulainya. Lebih lanjut Supardjo mengatakan, bleketepe biasanya dipasang oleh orang tua atau ayah pengantin wanita sebelum prosesi siraman dimulai. Dalam pernikahan adat Jawa, selain bleketepe biasanya di sekitarnya juga ikut dipasang tarub serta tawuhan yang memiliki maknanya masing-masing
Bleketepe menjadi salah satu contoh bagaimana setiap bagian dari kelapa memiliki manfaatnya masing-masing dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam kebudayaan dan tradisi yang ada di Indonesia.